Wisatawan asing mencoba bertani tradisional |
Sebagian besar desa wisata di Jawa Tengah belum inovatif dalam mengemas
dan memasarkan potensi pariwisata. Dari sekitar 50 desa wisata, hanya 15
desa yang dikelola dengan baik.
Kepala Bidang Pengembangan
Destinasi Pariwisata Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Jawa Tengah Toto
Riyanto, Sabtu (11/10/2014) malam, di sela-sela pelaksanaan Festival
Desa Wisata di Purwokerto, Kabupaten Banyumas, mengatakan, kegiatan
festival desa wisata seharusnya dimanfaatkan untuk menjalin kerja sama
antardesa dalam membangun wisata.
”Setiap desa wisata harus punya
keunikan tersendiri supaya potensinya lebih cepat dijual dan menarik.
Keunikan bisa dari budaya, alam, dan sumber daya manusianya,” ujarnya.
Direktur
Jenderal Pemberdayaan Masyarakat Direktorat Jenderal Pengembangan
Destinasi Pariwisata Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Oneng
Setya Harini mengungkapkan, potensi desa wisata di Jateng sebenarnya
sangat menakjubkan. Dia juga berharap desa-desa wisata menonjolkan seni
tradisi dan kearifan lokal yang dimiliki agar lebih menarik minat
wisatawan.
Dalam festival bertema ”Desaku Harapanku, Keunikan
Desaku adalah Sumber Inspirasiku” tersebut, sebanyak 25 desa wisata
menunjukkan potensi dan kreativitas mereka. Itu ditunjukkan dalam
kegiatan meliputi lomba yel-yel, apresiasi seni, pameran, sarasehan,
lomba paparan potensi desa wisata, dan penampilan promo film pendek
potensi desa wisata.
Ajang tersebut diharapkan memacu semangat penggiat desa wisata belajar dari kesuksesan desa lain. Seperti Desa Dieng Kulon, misalnya, yang sudah lima tahun terakhir berhasil menggelar Dieng Culture Festival (DCF) dan mampu mengundang ratusan ribu wisatawan dari dalam dan luar negeri.
Dalam festival, Desa Dieng Kulon menampilkan potensi tradisi potong rambut gimbal, wisata alam dan budaya berupa museum, candi, dan pegunungan, kerajinan, serta tari kreasi untuk menyambut wisatawan lokal dan mancanegara.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar